Jepang sedang menghadapi krisis demografi yang tak hanya mengancam eksistensi warganya tetapi menimbulkan persoalan lainnya. Hal ini sudah menyebabkan berbagai kerugian dari segi properti hingga ekonomi.
Melansir dari The Japan Times, Minggu (5/5/2024), salah satu indikator yang mencerminkan kondisi ini adalah semakin bertumbuh jumlah properti yang terbengkalai, terutama di wilayah pedesaan.
Menurut survei yang dipublikasikan belum lama ini oleh Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang, ada 8,99 juta rumah kosong di Jepang pada Oktober 2023 silam. Angka tersebut meningkat 500 juta sejak survei lima tahun lalu. Maka, sebanyak 13,8% rumah di seluruh Jepang dilaporkan kosong.
Sementara, Institut Riset Nomura memprediksi akan ada 23 juta rumah kosong, setara 31,5% rumah, pada tahun 2038, kecuali ada perobohan besar-besaran. Adapun jumlah rumah terbengkalai yang merupakan subset rumah kosong meningkat sebesar 360 ribu menjadi 3,85 juta.
Bahkan, kementerian tersebut memperkirakan rumah terbengkalai mencapai 4,7 juta pada tahun 2030. Sebagai informasi, rumah kosong merupakan properti yang tidak terpakai, seperti rental, rumah untuk liburan, dan tujuan lainnya. Sedangkan rumah terbengkalai adalah hunian yang tidak ditujukan untuk digunakan.
Rumah kosong maupun terbengkalai seperti ini bisa menimbulkan masalah yang berbahaya. Kurangnya perawatan memungkinkan bangunan untuk roboh, ditumbuhi hama, hingga merusak properti karena komponen bangunan terbawa ketika cuaca ekstrem. Lebih dari itu, kondisi ini menurunkan nilai properti setempat.
Lalu, ketika unik apartemen atau kondominium kosong, ekonomi sebuah komplek pun terganggu karena tidak cukup biaya perawatan. Di sisi lain, pemasukan pajak suatu kawasan juga menurun.
Selain banyaknya tempat tinggal yang kosong atau terbengkalai, unit perumahan juga semakin bertambah. Sebagaimana pada tahun 2016 silam diperkirakan ada 4,1 juta hektare lahan tidak berpemilik. Angka itu mencakup 11% dari tanah di Jepang dan diperkirakan tumbuh mencapai 19% pada 2040.
Presiden Institut Kebijakan Luar Negeri yang juga Direktur Riset Urusan Luar Negeri dan Keamanan Nasional di Canon Institute for Global Studies, Kuni Miyake menjelaskan fenomena ini bagian dari masalah yang lebih besar, yakni 'menghilangnya Jepang'.
Dewan Strategi Kependudukan memperkirakan 744 dari 1.729 kotamadya di Jepang atau 43% kemungkinan besar akan hilang pada tahun 2050. Populasi Jepang telah menurun selama 16 tahun berturut-turut.
Jika kondisi seperti ini terus berlanjut, setengah populasi Jepang akan berkurang dari 124 juta pada tahun 2023 menjadi 63 juta pada 2100. Adapun sebagian besar rumah menjadi terbengkalai diperkirakan karena penghuni lansia pindah atau meninggal dunia.
Sementara pewaris sering kali enggan atau tidak mampu memberi tunjangan atau membayar pajak. Lebih dari itu, pembeli rumah saat ini langka di Jepang dan pasar rumah yang sudah ada pun tergolong kecil.
selengkapnya https://www.detik.com/properti/berita/d-7326284/makin-banyak-rumah-hantu-di-jepang-bikin-ekonomi-rugi.
Comments