21-02-2019 Banyaknya jumlah kuil yang ada di Jepang selalu menjadi daya tarik bagi para wisatawan asing yang berkunjung ke Negeri Sakura. Wisata kuil masih menjadi unggulan bagi para wisatawan yang ingin menikmati sisi tradisional Jepang dan sejarah yang terjadi di masa lampu. Secara sekilas, kuil-kuil tersebut terlihat sama, tapi ternyata kuil-kuil yang ada di Jepang memiliki perbedaan. Ada dua jenis kuil yang terdapat di Jepang, yaitu kuil Shinto dan kuil Buddha. Tidak hanya berbeda secara bentuk fisik bangunan, fungsi dari kedua kuil tersebut juga berbeda.
Jepang memang sebuah negara yang masyarakatnya sebagian besar memegang kepercayaan Shinto dan Buddha, oleh karena itu negara yang disebut matahari terbit dan sakura ini memiliki banyak kuil, namun tentunya kuil untuk agama Shinto dan Buddha itu berbeda, kalau dalam bahasa Indonesia mungkin kita akan mengatakan semuanya adalah kuil, namun dalam bahasa Jepang dan juga Inggris bangunan-bangunan suci dari kedua agama ini dibedakan, biasanya untuk Buddha bangunan-bangunannya akan disebut dengan Temple dan sedangkan untuk Shinto disebutnya dengan Shrine, tercatat ada sekitar 86.000 Temple dan 95.000 Shrine di Jepang.
Kuil Shinto atau shrine berfungsi sebagai tempat pemujaan para dewa atau Kami. Sedangkan kuil Buddha atau temple berfungsi sebagai tempat ibadah bagi para pemeluk agama Buddha. Dengan mengetahui perbedaan kuil Shinto dan kuil Buddha di Jepang, para wisatawan dapat mengetahui hal apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan di kuil-kuil tersebut sesuai dengan aturan yang ada.
Untuk membedakannya memang cukup sulit karena desain bangunannya sangatlah mirip, namun untuk mempelajari perbedaannya sebenarnya tidaklah sulit. Bila anda telah mengetahui beberapa informasi maka anda dapat dengan mudah membedakan mereka. Misalnya dalam penulisan bahasa Jepang yaitu “Ji” (寺) adalah karakter bahasa Jepang (kanji) untuk sebuah kuil Buddha (misalnya kuil Ryoan-ji). Bisa juga diucapkan “dera” dan “tera” (misalnya Kiyomizu-dera temple), sedangkan untuk kuil Shinto penggunaan kata “Jingu” (神宮) yang juga merupakan karakter bahasa Jepang (kanji) untuk sebuah kuil Shinto (misalnya Meiji-jingu), bisa juga diucapkan “jinja”.
Namun selama ratusan tahun, agama Buddha dan Shinto sebenarnya agak tercampur di Jepang. Terutama sebelum tahun 1868, oleh karena itu terkadang terdapat kuil Buddha yang seperti kuil Shinto dan begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu memang cukup membingungkan bagi masyarakat luar terutama para turis asing untuk dapat membedakannya dari luar.
Arsitektur kuil cenderung mencerminkan pemikiran ajaran Buddha. Yang berarti bahwa kuil-kuil adalah tidak sempurna, sederhana, cermat, sederhana, mendalam dan alami. Anda dapat menyadarinya ketika anda melihat hal-hal kecil yang ada di kuil tersebut. Shinto adalah agama asli Jepang yang memuja berbagai Kami (dewa). Banyak dewa Shinto merupakan dewa alam. Pernah pada suatu saat, tepatnya sebelum tahun 1946 bila Kaisar Jepang juga dianggap sebagai dewa. Shinto memiliki hubungan yang sangat dekat dengan sebuah kerajaan di Jepang oleh karena itu kuil-kuil Shinto biasanya terlihat lebih megah, agung dan elegan.
Selain dengan melihat arsitektur bangunannya dan latar belakangnya, cara termudah untuk membedakan Buddha dan Shinto adalah dengan melihat para biarawan dan juga pendeta, para biarawan atau pendeta Buddha biasanya menggunakan pakaian yang senderhana berwarna abu-abu, sedangkan untuk Shinto memiliki pakaian yang lebih rumit dan terlihat lebih formal dengan panduan warna yang cukup banyak. Semoga artikel ini bermanfaat yaaa 😊
Untuk Info lebih lanjut mengenai pembelajaran bahasa Jepang dapat menghubungi :
Admin : +6285266840608
Admin : +6285266101952
WEB : www.Bamboocyberschool.com
Instagram : Bamboocyberschool
Facebook : Bamboocyberschool
Comments